Monday, June 18, 2007

Tips Begadang

Begadang jangan begadang
Kalau tiada akhirnya
Begadang boleh saja
Asal ada batasnya

Penggalan lirik lagu karya Rhoma Irama di atas benar dan berlaku bagi saya. Begadang adalah sesuatu yang harus dihindari karena mengakibatkan kengantukan keesokkan harinya. Oleh karenanya, kecuali untuk main kartu dan bergosip bersama teman kos,saya tidak akan pernah melakukan satu aktivitas yang disebut dengan begadang.

Akan tetapi, beberapa waktu belakangan, dengan amat terpaksa saya melanggar prinsip saya tersebut. Bagaimana tidak, saya harus menyelesaikan skripsi sebagai persyaratan kelulusan dari universitas tak lebih dari 10 hari, sementara, saya merasa apa yang saya kerjakan selama ini masih jauh dari sempurna. Akhirnya dengan tekad bulat saya memutuskan untuk begadang sampai pagi demi skripsi saya.

Ada beberapa hal yang harus saya lakukan sebelum saya memulai begadang.

1. Mandi lebih sore. Biasanya saya mandi setelah pukul tujuh malam. Menyegarkan memang mengingat malam hari di Surabaya sangat panas. Namun efek yang dihasilkan adalah rasa kantuk yang luar biasa. Jadi agar mata tetap terjaga dan rasa kantuk tidak melanda, saya harus mandi lebih awal. Yah jam kira-kira jam tujuh kurang lima atau kurang sepuluh menit.

2. Ganti makan malam dengan makan sore. Waktu makan malam yang afdhol bagi saya adalah pukul delapan atau sembilan malam. Selain bisa menjadikan tubuh lebih berisi, makan (benar-benar) malam juga menimbulkan efek kantuk, sama halnya dengan mandi malam. Oleh karena itu makan malam harus dihindari dan diganti dengan makan sore, agar mata tetap melek dan program begadang berjalan sukses.

3. Siapkan beberapa makanan ringan yang tidak mengenyangkan sebagai teman begadang. Mie gelas, biasanya menjadi teman terbaik saya untuk begadang. Bagi yang mudah merasa kenyang, sebaiknya hindari mie sebagai camilan.

4. Siapkan minuman yang bisa membuat mata melek. Kalau saya biasanya menyediakan moccacino atau kopi instant lain sebagai pendamping makanan ringan. Kafein dalam kopi akan membuat mata tetap terjaga. Meskipun efek samping kafein tidak berlaku bagi saya, tapi rasa mulas yang dihasilkan setelah minum kopi instant menghalangi rasa kantuk saya.

5. Satu lagi. Coklat. Saya tidak tahu zat apa yang ada di dalam coklat, namun coklat membuat saya merasa lebih bersemangat dan tidak mengantuk lagi. Mungkin karena rasanya yang enak membuat saya ketagihan untuk terus makan dan tidak rela meninggalkan, bahkan untuk sekedar menutup mata. Oh, ya satu informasi, coklat tidak menimbulkan kegemukan, jadi jangan khawatir untuk mengkonsumsi coklat sebanyak-banyaknya, terutama dark coklat. Bagi yang tidak memiliki dompet cukup tebal untuk membeli coklat bermerk, coklat blok yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat kue sah-sah saja untuk dimakan. Enak kok. Irit lagi.

Selamat begadang….

Friday, June 15, 2007

Kutukan Semut...berhati-hatilah!!

Saya bukan orang yang sangat percaya dengan hukum karma.

Tapi saya percaya bahwa setiap perbuatan pasti akan mendapat balasan.

Beberapa hari yang lalu saya mengambil pakaian yang sudah kurang lebih selama tiga hari saya jemur. Di jemuran tentunya, bukan di atap rumah.

Pada pakaian saya yang saya angkat tersebut, saya menemukan beberapa semut berbaris. Wah pikir saya, begitu manisnya saya sampai-sampai pakaian saya pun terkena aura kemanisan saya sehingga ditempeli oleh semut yang notabene doyan dengan yang manis-manis. Bagi saya sih biasa ya ditaksir oleh semut, secara, saya memang manis.. hehehe...

Berhubung gigitan semut itu menyakitkan dan menimbulkan gatal-gatal, saya pun membunuh satu persatu semut-semut kecil tersebut, tanpa rasa bersalah. Secara naluriah, manusia mana yang mau disakiti oleh seekor semut, bukan begitu? Apalagi, itu kan hanya seekor semut!! Sedangkan kita kan seekor eh seorang manusia?! Gengsi dong kalau saya harus mengalah pada semut. Betul tidak?

Ternyata kebiasaan saya membunuh.. semut.. itu tidak berhenti di situ saja. Setiap kali saya melihat semut yang sedang gerak jalan, baris berbaris, naluri pembunuh saya selalu muncul. Kadang-kadang saya berpikir, sebenarnya siapa yang manusia, siapa yang hewan ya?

Namun, suatu ketika, saya mulai sadar. Hati saya mulai tergerak. Otak saya mulai berpikir. Apa hak saya mengambil nyawa para semut itu? Bukankah sebagai makhluk hidup mereka memiliki hak yang sama untuk hidup dengan tenteram. Bukankah hanya Tuhan yang berhak mengambil nyawa makhluk-Nya?

Saya mulai berpikir, bagaimana kalau kelak di akhirat semut-semut itu menuntut balas atas perbuatan saya terhadap mereka di dunia? Pada saat Tuhan mau memasukkan saya ke surga, kemudian semut-semut yang mati di tangan saya itu berteriak ”SAYA TIDAK TERIMA TUHAN...AJENG ENGKAU MASUKKAN SURGA? SEBAB DIA TELAH MEMBUNUH SEBGIAN BESAR BANGSA KAMI, SEHINGGA KAMI TIDAK BISA MELANJUTKAN KEHIDUPAN KAMI DI DUNIA. KETURUNAN KAMI PUN TELAH PUNAH DI DUNIA KARENA DIA!!” dengan bahasa semut yang sudah pasti dimengerti oleh Tuhan, karena Tuhan Maha Mengetahui.

Akhirnya karena demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh para semut yang mati di tangan saya tersebut Tuhan mengabulkan tuntutan mereka dan menjebloskan saya ke neraka. Jelas saya tidak bisa naik banding, karena saya tidak punya alibi apapun. Saya memang telah melakukan pembunuhan terhadap kawanan semut tersebut. Dan masuklah saya ke neraka.

Glotak!! Saya sadar dari lamunan tentang masa depan. Takut kalau kelak saya tidak dapat masuk surga karena tuntutan para semut yang mati di tangan saya, saya pun akhirnya memutuskan bahwa mulai saat ini saya tidak akan membunuh semut dengan cara yang kejam dan tanpa perasaan. Yah, paling saya akan berbicara baik-baik dengan para semut yang menempel di pakaian atau kamar saya untuk meninggalkan tempat. Semoga mereka mengerti bahasa manusia. Atau saya harus berbicara dengan bahasa semut?

Selamatkan kehidupan semut! Hidup semut!!

Wednesday, June 6, 2007

traveler's tale

Ini bukan judul sebuah novel tentang perjalanan empat sahabat menuju ke kota Milan. Ini adalah kisah perjalanan saya dengan seorang teman, Merry, di kota Surabaya tercinta.

Minggu pagi, saya dan tiga teman kos saya, Merry, Anggita, dan, Anna sepakat pergi jalan-jalan dengan mengendari sepeda motor ke Laguna Indah. Sebuah kawasan perumahan elit di daerah Surabaya Timur. Sebelum ke Laguna, kami menyempatkan diri berkeliling ITS, kampus yang tidak pernah sepi dari para lelaki, hanya sekedar untuk cuci mata. Maklum, di kampus kami sangat jarang ditemukan cowok-cowok aneh seperti di ITS. Saya yang berkuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, dan ketiga teman saya di Jurusan Ekonomi hanya dapat menemukan cowok2 bergaya metro yang ah..neh lah menurut mata saya.

Setelah puas berkeliling di ITS kami pun melanjutkan perjalanan ke Laguna. Kawasan ini memang indah. Walaupun keindahannya hanya buatan tangan manusia. Tapi ya.. tidak bisa dipungkiri, memang indah. apalagi disini kami bisa memanjakan mata dengan melihat bangunan rumah elite dan membayangkan seandainya kami ada di dalamnya. Sebagai tuan rumah tentunya, bukan pembantu.

Kelelahan mengagumi bangunan indah di Laguna, Anggita dan Anna pun memutuskan untuk pulang. Tapi rasa lelah itu bukan berarti apa2 buat saya dan Merry. Kami berdua pun memutuskan melanjutkan perjalanan kami ke Pantai Kenjeran, dengan asumsi bahwa pantai kenjeran terletak tidak jauh dari Laguna. Meski buta dengan daerah sekitar kenjeran, kami tetap nekat dan membulatkan tekad untuk tetap pergi ke kenjeran.

Berbekal sedikit informasi bahwa untuk menuju kenjeran lebih baik melewati jalan mulyosari, saya dan Merry pun menyusuri jalan yang padat tersebut hingga ujung. Tepat di ujung jalan mulyosari kami mendpati sebuah plang bertuliskan Kenjeran, Suramadu, dantanda panah di bawahnya. "wah sudah dekat mer!" ucap saya pada meri yang menyetir di depan.

Kami pun menyusuri jalan yang ditunjuk tanda panah pada plang tadi. Setelah seberapa lama, kami menemukan sebuah plang bertuliskan jalan kenjeran. "wah sudah sampai" pikir saya.

Jalan kenjeran sudah kami lalui tapi kami tidak kunjung menemukan pantai kenjeran. Alih-alih sampai di pantai kenjeran, kami justru tiba di kya kya kembang jepun. Sebuah wilayah di Pecinan di Surabaya. Seingat saya, di peta kembang jepun itu berada di kawasan Surabya Utara, sedangkan kenjeran kan di Surabaya Timur? Sadar kami salh, kami pun mencari jalan untuk kembali ke jalan kenjeran. Setelah menemukan plang yang sama seperti kami lihat tadi, kami pun kembali menyusuri jalan kenjeran. alhasil, kami kembali lagi ke kya kya.

Ini adalah sebuah kebodohan. kesasar kok dua kali. pikir saya.

Lalu kami mencoba alternatif lain. Kami mengikuti plang yang bertuliskan arah menuju Jembatan Sura,adu, jembatan yang menghubungkan Surabya dan Madura yang hingga kini belum selesai pembangunannya. Kami pikir, Suramadu pasti melewati laut,jadi kami pasti menemukan pantai di sana.

Jalan menuju suramadu ternyata sangat panjang. Kami juga harus melewati jalan yang sempit, penuh dengan truk, dan pasar yang kumuh di pinggir jalan.

Lama-lama saya khawatir, kok tidak sampai juga. Tapi Merry mendinginkan hati saya. dia bilang" wes ta jeng, kita ikuti saja kemana air mengalir". saya pikir benar juga, karena air kan bermuara ke laut.

Lama berkendara, ternyata bukan laut yang kami temukan, melainkan sebuah bangunan jembatan yang belum selesai dibangun. Beruntung, kami menemukan salah satu sudut yang memperlihatkan keruhnya air laut. Ternyata kenjeran tidak berada di dekat suramadu. merasa putus asa, kami pun memutuskan untuk pulang.

Namun, jalan pulang ternyata tidak semudah yang dipikirkan. Kami harus melewati jalan yang super sempit di sebuah perkampungan Madura. agak merinding sih, mengingat berbagai stereotipe yang seberikan pada orang2 suku madura. Walaupun kami belum pernah saya belum pernah membuktikannya, bahkan teman saya yang berasal dari madura sangat ramah. Tapi berada di perkampungan asing tetap menakutkan.

Akhirnya, setelah tiga jam berjuang keras melewati liku-liku jalan sempit di perkampungan madura, dengan berbekal ilmu gambling yang kami pelajari selama kuliah, kami pun bisa menemukan jalan yang cukup kami kenal dan tid di kos dengan sehat wal afiat, tidak kurang suatu apa, kecuali bensin yang langsung kosong...

Yah semoga kisah saya sebagai orang kesasar bisa menjadi pelajaran bagi anak2 saya kelak, bahwa tidak selamanya kita harus mengikuti arah aliran air..