Saturday, February 23, 2008

Pak Tua

Tongkat hitam besi menuntut langkahnya yang sedikit gontai. Salah satu kakinya kurang berfungsi mungkin sehingga membutuhkan tongkat itu untuk membantunya berjalan tegak. Lelaki paruh baya itupun berhenti di depan saya. Saya mengelengkan kepala sebab memang tidak ada uang kecil yang bisa saya masukkan ke dalam gelas bekas air mineral dalam genggamannya. Begitu pula dengan seorang ibu di depan saya.

Tak lebih dari satu meter meninggalkan tempat saya duduk, suara anak kecil memanggilnya. Membawa selembar dua puluh ribuan di tangan kanannya, seorang lelaki kecil berlari mendekat pada pak tua. Kulitnya hitam. Badannya kecil. Umurnya mungkin baru belasan tahun. Pakaiannya cukup bersih dengan sepasang sepatu hitam putih sebagai alasnya. “Tukar uang, Pak,” katanya.

Menahan rasa terkejut sekaligus keinginan untuk tertawa, saya mengamati kedua orang yang memiliki wilayah kerja yang sama tersebut. Setelah menerima selembar uang dari si bocah, dengan santainya si bapak meletakkan tongkat yang membantunya berjalan, dan berdiri tegak dengan kedua kakinya. Tidak tampak ada keganjilan dalam kaki kirinya. Kaki yang setahu saya memerlukan tongkat besi hitam untuk menjaganya tetap tegak. Sementara kedua tangannya kini sibuk mencari pecahan uang kecil untuk si bocah di dalam kantung pada ikat pingganggnya. Usai transaksi, bapak tua meraih tongkat hitamnya dan kembali berjalan seperti saat dia mendekati saya tadi.

Jaman sekarang. Orang semakin kreatif saja mencari cara mendapatkan uang. Maklum uang menjadi segalanya saat ini. Saat semua hal sekalipun dalam hidup membutuhkan uang.Lihat saja. Kalau dulu setiap kali naik kendaraan umum kita hanya akan menemui penjual buah, air mineral, serta buku-buku primbon, kini variasinya semakin bertambah. Apalagi dalam kereta ekonomi seperti yang saya tumpangi. Mulai dari penjual makanan dan minuman “konvensional” hingga yang siap saji, seperti mie instan cup dan kopi instan. Hanya bermodal satu termos berisi air panas dan puluhan makanan dan minuman instan dalam sachet, untung pun diraih. Voucher isi ulang “berjalan” pun ada. Sehingga penumpang tak perlu khawatir jika kehabisan pulsa telepon seluler. Ada pula jasa cleaning service yang akan membersihkan lantai sepanjang gerbong. Tak gratis tentunya. Bayarannya, cukup memasukkan uang kecil seikhlasnya di kantung atau gelas bekas yang telah tersedia. Rejeki memang selalu datang dari cara-cara ya tidak pernah diketahui sebelumnya.

Sandainya saja pak tua memanfaatkan tubuhnya yang masih kekar, mungkin ia akan mendapatkan sesuatu “lebih” tanpa perlu membohongi dirinya sendiri.

No comments:

Post a Comment